Kamis, 16 Juni 2011

KALIMAT EFEKTIF

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT di mana atas anugerahnya, sehingga dapat menyelesaikan Tugas Makalah Bahasa Indonesia ini.dan tidak lupa juga junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam terang-benderang.
Penulisan makalah ini yang di dalamnya mencakup mengenai Materi Pengertian Kalimat Efektif dan Ciri-Ciri Kalimat Efektif. Sebagai pembahasan materi ini kita dapat menambah pengetahuan kami tentang bagaimana cara menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan tidak menggunakan lagi bahasa yang tidak baku.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu terselesainya makalah ini, sebagai manusia penulis juga tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, penulis menantikan kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk penyempurnaan makalah ini.

Makassar, 30 Mei 2011

Penulis


i
DAFTAR ISI

KATA PENGA......................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan ................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................4
BAB III PENUTUP ................................................................................................13
A. Kesimpulan ................................................................................................13
B. Saran ................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................14








ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula (BPBI, 2003:91). Menurut sebuah buku, Kalimat efektif adalah suatu kaimat yang singkat, padat jelas dan lengkap yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya atau artinya serta memiliki tujuan yang di maksudkan oleh penulis atau pembicara.
Definisi kalimat efektif juga diungkapkan oleh Badudu (1995) Kalimat efektif ialah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh pembaca (penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penutur atau penulis.
Syarat-syarat kalimat efektif, yaitu :
1. Syarat awal yang meliputi pemilihan kata atau diksi dan penggunaan ejaan
2. Syarat utama yang meliputi struktur kalimat dan ciri kalimat efektif
Keraf (1984: 36) berpendapat, kalimat efektif tidak hanya sanggup memenuhi kaidah-kaidah atau pola-pola sintaksis, tetapi juga harus mencakup beberapa aspek lainnya yang meliputi, sebagai berikut:
1. Penulisan secara aktif sejumlah perbendaharaan kata (kosakata) bahasa tersebut,
1
2. Penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif,
3. Kemampuan mencantumkan gaya yang paling cocok untuk menyampaikan gagasan-gagasan,
4. Tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang.
Dari beberapa penjelasan tentang berbagai sumber yang saya dapat jadi, kalimat efektif selalu menonjolkan gagasan pokok dengan menggunakan penekanan agar dapat diterima oleh pembaca.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Kalimat Efektif ?
2. Ciri-ciri yang terdapat pada Kalimat Efektif ?
C. Tujuan Permasalahan
Tujuan dari permasalahan ini adalah untuk mengkaji dan mengetahui apa pengertian dari kalimat efektif dan ciri-ciri kalimat efektif itu sendiri.
D. Manfaat
1. Kesepadanan dan kesatuan antara struktur bahasa dengan cara atau jalan pikiran yang logis. Dimana kita lihat bahwa pengertian dari kesepadanan dan kesatuan adalah :
a. Kesepadanan adalah hubungan timbal balik antara subjek dan predikat. Sedangkan ;
b. Kesatuan adalah bahwa setiap kalimat harus mengandung satu ide pokok atau kesatuan pikiran.
2. Sebuah kalimat efektif harus memperhatikan unsur paralelisme (kesejajaran bentuk).

2
3. Kalimat efektif memperhatikan penghematan pemakaian kata-kata misalnya: anak
teman saya (bukan anak dari teman saya).
4. Kalimat efektif memerlukan penekanan.
5. Kalimat efektif memerlukan variasi tata urut atau variasi pilihan kata agar pembaca atau pendengar terhindar dari kebosanan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat Efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan pikiran dan perasaan penulis atau pembicaraan dengan jelas kepada pembaca atau pendengar. Kalimat Efektif dituntut oleh empat ketepatan yakni :
1. Ketepatan Pilihan Kata
2. Ketepatan Bentuk Kata
3. Ketepatan Pola Kalimat
4. Ketepatan Makna Kalimat
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antar bagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar.
Dalam hal ini hendaknya dipahami pula bahwa situasi terjadinya komunikasi juga sangat berpengaruh. Kalimat yang dipandang cukup efektif dalam pergaulan, belum tentu dipandang efektif jika dipakai dalam situasi resmi, demikian pula sebaliknya. Misalnya kalimat yang diucapkan kepada tukang becak,“Berapa, Bang, ke Pasar Rebo?” Kalimat tersebut jelas lebih efektif daripada kalimat lengkap, “Berapa saya harus membayar, Bang, bila saya menumpang becak Abang ke Pasar Rebo?”


4
Yang perlu diperhatikan oleh para siswa dalam membuat karya tulis, baik berupa essay, artikel, ataupun analisis yang bersifat ilmiah adalah penggunaan bahasa secara tepat, yaitu memakai bahasa baku. Hendaknya disadari bahwa susunan kata yang tidak teratur dan berbelit-belit, penggunaan kata yang tidak tepat makna, dan kesalahan ejaan dapat membuat kalimat tidak efektif.
Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan serta perbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif.
1. Penggunaan dua kata yang sama artinya dalam sebuah kalimat :
- Sejak dari usia delapan tauh ia telah ditinggalkan ayahnya.
(Sejak usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya.)
- Berbuat baik kepada orang lain adalah merupakan tindakan terpuji.
(Berbuat baik kepada orang lain merupakan tindakan terpuji.)
2. Penggunaan kata berlebih yang ‘mengganggu’ struktur kalimat :
- Kepada yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.
(Yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.)
3. Penggunaan imbuhan yang kacau :
- Ia diperingati oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.
(Ia diperingatkan oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.)
- Operasi yang dijalankan Reagan memberi dampak buruk.
(Oparasi yang dijalani Reagan berdampak buruk.)


5
4. Kalimat tak selesai :
- Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi.
(Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial, selalu ingin berinteraksi.)
- Rumah yang besar yang terbakar itu.
(Rumah yang besar itu terbakar.)
5. Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku :
- Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk.
(Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.)
- Pertemuan itu berhasil menelorkan ide-ide cemerlang.
(Pertemuan itu telah menelurkan ide-ide cemerlang.)
- tau à tahu - negri à negeri
- kepilih à terpilih - faham à paham
- ketinggal à tertinggal - disyahkan à disahkan
- gimana à bagaimana - trampil à terampil
6. Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan ‘yang mana’ :
- Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik.
(Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat baik.)
- Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.
(Rumah sakit tempat orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.)


6
- Manusia membutuhkan makanan yang mana makanan itu harus mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.
(Manusia membutuhkan makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.)
7. Penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat :
- Seorang daripada pembatunya pulang ke kampung kemarin.
(Seorang di antara pembantunya pulang ke kampung kemarin.)
8. Pilihan kata yang tidak tepat :
- Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang bincang dengan masyarakat.
(Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan masyarakat.)
9. Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti :
- Sopir Bus Santosa yang Masuk Jurang Melarikan Diri
Judul berita di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang dimaksud Santosa? Nama sopir atau nama bus? Yang masuk jurang busnya atau sopirnya?
(Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya Melarikan Diri)
10. Pengulangan kata yang tidak perlu :
- Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun.
(Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku.)

7
11. Kata ‘kalau’ yang dipakai secara salah :
- Dokter itu mengatakan kalau penyakit AIDS sangat berbahaya.
(Dokter itu mengatakan bahwa penyakit AIDS sangat berbahaya.)

2. Ciri-ciri Yang Terdapat pada Kalimat Efektif
 Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
- Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
- Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)
 Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
- Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).

8
 Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat.
Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
- Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
- Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)
 Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.


9
Contoh:
- Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
 Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
- Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
- Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)


10
 Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
- Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
- Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
 Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
- Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
- Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
b. Membuat urutan kata yang bertahap.

11
Contoh:
- Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
- Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
- Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
- Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Di dalam materi makalah ini menyangkut tentang kalimat efektif. Karena kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan pikiran dan perasaan penulis atau pembicaraan dengan jelas kepada pembaca atau pendengar. Dan kalimat efektif juga terbagi atas unsur-unsur penting yang ada dalam kalimat tersebut adalah merupakan kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan/ide yang dikandung kalimatnya. Dan kalimat efektif juga mempelajari tentang subjek dan predikat, kalimat klausa, interelasi antara S, P, O dan K dan mempelajari juga tentang kata penghubung konjungsi.

B. SARAN
Untuk dapat membentuk kalimat efektif yang mampu menyampaikan pikiran dan perasaan, penulis atau pembicaraan dengan jelas kepada pembaca atau pendengar. Maka penulis atau pembicara memberikan saran-saran sebagai berikut :
a. Dalam kalimat efektif kita sebagai mahasiswa harus memahami atau membedakan kalimat efektif yang baik dan intensif.
b. Para mahasiswa atau dosen hendaknya lebih meningkatkan mutu pengkajiannya dalam membentuk kalimat efektif.
c. Kalimat efektif sangat penting untuk dipelajari oleh setiap mahasiswa baik yang tampak melakukan kemampuan struktur atau unsur-unsur penting dalam sebuah kalmat efektif.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/pengertian kalimat efektif , diakses 12 September 2010
http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/pengertian kalimat efektif, diakses 02 Februari 2009
http://readone82.blogdetik.com/2009/08/26/kalimat efektif
http://Asep Yudha.staff.uns.ac.id/2009/06/07/kalimat efektif
http://namakuaku.wordpress.com/2008/11/15/kalimat yang baik dan benar














14

Tata Bahasa Baku Bahasa Indomesia

Kata Pengantar

Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Puji Syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan Inayahnya sehingga Makalah ini bisa terselesaikan tepat pada waktunya. Dan tak lupa pula kita kirimkan Salawat serta Salam kepada junjungan besar kita Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan pengetahuan.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat dan para pembaca tentang Penggunaan Bahasa Baku yang dikemas dengan judul Tata Bahasa Baku Bahasa Bahasa Indonesia, yang dapat terselesaikan berkat adanya bantuan dari teman – teman, serta dosen pembimbing. Untuk itu kami ucapkan terima kasih atas partisipasinya.
Namun demikian, Makalah ini tidak terlepas dari kekurangan. Untuk itu kami sebagai Penulis mengharapkan Kritikan serta Bantuan dari para pembaca agar Makalah ini bisa menjadi lebih baik lagi. Sekian dan terima kasih.
Hormat kami,

Penulis


Daftar Isi
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 2
C. Tujuan penulisan 2
D. Manfaat 2
BAB II : PEMBAHASAN
1. Pendahuluan 3
2. Ciri-ciri bahasa Baku 5
3. Analisis ragam bahasa Baku dan
Non Baku dalam bahasa Indonesia 11
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan 15
B. Saran 15
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami secara komprehensif konsep dan makna istilah bahasa baku itu. Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahasa baku sama dengan bahasa yang baik dan benar. “Kita berusaha agar dalam situasi resmi kita harus berbahasa yang baku. Begitu juga dalam situasi yang tidak resmi kita berusaha menggunakan bahasa yang baku”. (Pateda, 1997 : 30).
Slogan “pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”, tampaknya mudah diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan itu hanyalah suatu retorika yang tidak berwujud nyata, sebab masih diartikan bahwa di segala tempat kita harus menggunakan bahasa baku. Demikian juga, masih ada cibiran bahwa bahasa baku itu hanya buatan pemerintah agar bangsa ini dapat diseragamkan dalam bertindak atau berbahasa. “Manakah ada bahasa baku, khususnya bahasa Indonesia baku? “Manalah
ada bahasa Indonesia lisan baku”? “Manalah ada masyarakat atau orang yang mampu menggunakan bahasa baku itu, sebab mereka berasal dari daerah”. Atau mereka masih selalu dipengaruhi oleh bahasa daerahnya jika mereka berbahasa Indonesia secara lisan.
Dengan gambaran kondisi yang demikian itu, di dalam bab ini dibahas tentang pengertian bahasa baku, pengertian bahasa nonbaku, pengertian bahasa Indonesia baku, fungsi pemakaian bahasa baku dan bahasa nonbaku. Terakhir dibahas tentang ciri-ciri bahasa baku dan bahasa nonbaku, serta berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

B. Rumusan Masalah.
1. Apa yang dimaksud dengan bahasa baku?
2. Apa Ciri bahasa baku?
3. Contoh bahasa baku dan non baku?

C. Tujuan Penulisan.
1. Pengertian bahasa baku.
2. Ciri – ciri Bahasa baku.
2. Contoh bahasa baku dan non baku.

D. Manfaat.
1. Agar kita mampu membedakan antara bahasa baku dan non baku.
2. Untuk membiasakan diri menggunakan bahasa baku dalam berbicara.
3. Pemilikan bahasa Indonesia baku akan membawa serta wibawa atau prestise. Fungsi pembawa wibawa berkaitan dengan usaha mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi melalui pemerolehan bahasa baku.


BAB II
PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN
Bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Dengan adanya bahasa kita kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat. Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam pengguanaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Faktor ini mengakibabkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya terhadap bahasa Indonesia.
Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa Inggris dalam dunia ilmu bahasa atau linguistik pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius pada 1926. Ia termasuk pencetus Aliran Praha atau The Prague School. Pada 1930, B. Havranek dan Vilem Mathesius merumuskan pengertian bahasa baku itu. Mereka berpengertian bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telah dikodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas.
Ketika bahasa Indonesia diterima dan diresmikan sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara Republik Indonesia tidak ada yang meramalkan bahwa akan tumbuh keanekaragaman dalam bahasa itu. Demikian juga, tidak ada yang memikirkan bahwa bahasa Indonesia itu akan mempunyai dialek dan ragam bahasa. Tidak ada yang menyangka kecuali beberapa pakar yang memiliki wawasan sosiolinguistik bahwa “bahasa Indonesia seragam” hanyalah merupakan semboyan kosong.
Suatu kenyataan yang wajar bahwa dalam pertumbuhan bahasa Indonesia mempunyai variasi-variasi bahasa seperti halnya bahasa manusia lainnya di dunia ini. Variasi-variasi bahasa yang ada dalam bahasa Indonesia terjadi karena kehidupan pemakainya semakin lama semakin kompleks.

Saat kita mempergunakan bahasa Indonesia perlu diperhatikan dan kesempatan. Misalnya kapan kita mempunyai ragam bahasa baku dipakai apabila pada situasi resmi, ilmiah. Tetapai ragam bahasa non baku dipakai pada situasi santai dengan keluarga, teman, dan di pasar, tulisan pribadi, buku harian.
Ragam bahasa non baku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan. Bahasa tutur mempunyai sifat yang khas yaitu:
a. Bentuk kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak menggunakan kata penghubung.
b. Menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari. Contoh: bilang, bikin, pergi, biarin. Didalam bahasa tutur, lagu kalimat memegang peranan penting, tanpa bantuan lagu kalimat sering orang mengalami kesukaran dalam memahami bahasa tutur.
2. CIRI-CIRI BAHASA BAKU
Yang dimaksud dengan bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok, yang diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam bahasa ini lazim digunakan dalam:
1. Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.
2. Wacan teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran, dan sebagainya.
3. Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan sebagainya.
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya.
Pemakaian (1) dan (2) didukung oleh bahasa baku tertulis, sedangkan pemakaian (3) dan (4) didukung oleh ragam bahasa lisan.
Ragam bahasa baku dapat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
2.1. Penggunaan Kaidah Tata Bahasa
Kaidah tata bahasa normatif selalu digunakan secara ekspilisit dan konsisten.
Misalnya:
1. Pemakaian awalan me- dan awalan ber- secara ekpilisit dan konsisten.
Misalnya:


Bahasa baku
- Gubernur meninjau daerah kebakaran.
- Pintu pelintasan kereta itu kerja secara otomatis.
2. Pemakaian kata penghubung bahwa dan karena dalam kalimat majemuk secara ekspilisit. Misalnya:
Bahasa Baku
- Ia tidak tahu bahwa anaknya sering bolos.
- Ibu guru marah kepada Sudin, karena ia sering bolos.
3. Pemakaian pola frase untuk peredikat: aspek+pelaku+kata kerja secara konsisten. Misalnya:
Bahasa Baku
- Surat anda sudah saya terima.
- Acara berikutnya akan kami putarkan lagu-lagu perjuangan.
Bahasa Tidak Baku
- Surat anda saya sudah terima.
- Acara berikutnya kami akan putarkan lagu-lagu perjuangan.
4. Pemakaian konstruksi sintensis. Misalnya:
Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
- anaknya - dia punya anak
- membersihkan - bikin bersih
- memberitahukan - kasih tahu
- mereka - dia orang
5. Menghindari pemakaian unsur gramatikal dialek regional atau unsur gramatikal bahasa daerah. Misalnya:
Bahasa Baku
- dia mengontrak rumah di Kebayoran lama
- Mobil paman saya baru
Bahasa Tidak Baku
- Dia ngontrak rumah di Kebayoran lama.
- Paman saya mobilnya baru.
2.2. Penggunaan Kata-Kata Baku
Masuknya kata-kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang sudah lazim digunakan atau yang perekuensi penggunaanya cukup tinggi. Kata-kata yang belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali dengan pertimbangan- pertimbangan khusus. Misalnya:
Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
- cantik sekali - cantik banget
- lurus saja - lempeng saja
- masih kacau - masih sembraut
- uang - duit
- tidak mudah - enggak gampang
- diikat dengan kawat - diikat sama kawat
- bagaimana kabarnya - gimana kabarnya

2.3. Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam Tulisan
Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disebut ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (singkat EyD) EyD mengatur mulai dari penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan partikel, penulisan angka penulisan unsur serapan, sampai pada penggunaan tanda baca. Misalnya :
Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
- bersama-sama - bersama2
- melipatgandakan - melipat gandakan
- pergi ke pasar - pergi kepasar
- ekspres - ekspres, espres
- sistem - sistim
2.4. Penggunaan Lafal Baku Dalam Ragam Lisan
Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum pernah ditetapkan. Tetapi ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa Indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau lafl daerah. Misalnya :
Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
- atap - atep
- menggunakan - menggaken
- pendidikan - pendidi’an
- kalau - kalo,kalo’
- habis - abis
- dengan - dengen
- subuh - subueh
- senin - senen
- mantap - mantep
- pergi - pigi
- hilang - ilang
- dalam - dalem
2.5. Penggunaan Kalimat Secara Efektip
Maksudnya, kalimat-kalimat yang digunakan dapat dengan tepat menyampaikan pesan dengan pembicaraan atau tulisan kepada pendengar atau pembaca, persis seperti yang di maksud pembicara atau penulis.
Keefektipan kalimat ini dapat dicapai antara lain dengan:
1. Susunan kalimat menurut aturan tata bahasan yang benar, misalnya:
Bahasa Baku
- Pulau Buton banyak menghasilkan aspal.
- Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan keluarganya merasa tidak aman.
Bahasa Tidak Baku
- Di pulau Buton banyak menghasilkan aspal.
- Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan keluarganya.


2. Adanya kesatuan pikiran dan hubungan yang logis didalam kalimat. Misalnya:
Bahasa Baku
- Dia datang ketika kami sedang makan.
- Loket belum dibuka walaupun hari sudah siang.
Bahasa Tidak Baku
- Ketika kami sedang makan dia datang.
- Loket belum dibuka dan hari tidak hujan.
3. Penggunaan kata secara tepat dan efesien. Misalnya:
Bahasa Baku
- Korban kecelakaan lalu lintas bulan ini bertambah.
- Panen yang gagal memaksa kita mengimpor beras.
Bahasa Tidak Baku
- Korban kecelakaan bulan ini naik.
- Panen gagal memungkinkan kita mengimpor beras.
4. Penggunaan pariasi kalimat atau pemberian tekanan pada unsur kalimat yang ingin ditonjolkan. Misalnya:
Kalimat Biasa
- Dia pergi dengan diam-diam.
- Dengan pisau dikupasnya mangga itu.
Kalimat Bertekanan
- Dengan pisau dikupasnya mangga itu.

Kalimat Bertekanan
- Pergilah daia dengan diam-diam.
- Dengan pisaulah dikupasnya mangga itu.
3. ANALISI RAGAM BAHASA BAKU DAN NON BAKU DALAM BAHASA
INDONESIA
3.1. Sudara ketua, para hadirin yang terhormat, kalimat tersebut jelas salah, karena mengandung makna jamak. Kata para sudah menyatakan jamak, begitu juga kata hadirin, sudah mengandung makna semua orang yang hadir, oleh karena itu tidak perlu dijamakkan lagi dengan menempatkan kata peserta para. Kalimat yang benar adalah: saudara ketua, hadirin yang terhormat,…..
3.2. Waktu kami menginjak klinik di bulan September…
Kalimat diatas jelas salah, karta majemuk tidak tepat diapaki seharusnya memasuki, kata perangkai “di” tidak boleh ditempatkan didepan kata tidak menunjukkan kata tempat, jadi diganti dengan pada. Kalimat yang benar adalah: waktu kami memasuki klinik pada bulan September…..
3.3. Berhubung berjangkitnya penyakit cacar perlu diambil tindakan…..
Kalimat diatas salah, kata penghubung yang harus selalu diikuti oleh, dengan, dan dibelakang kata cacar lebih baik dibubui koma. Jadi kalimat yang benar adalah: berhubung dengan berjangkitnya penyakit cacar, perlu diambil tindakan…..
3.4. Atas perhatian saudara dihaturkan banyak terima kasih. Kalimat diatas salah karena kata dihaturkan tidak ada dalam bahasa Indonesia, yang ada kata diucapkan selanjutnya kata banyak juga tidak dipakai, karena tidak lazim. Jadi kalimat yang benar adalah: atas perhatian saudara diucapkan terima kasih…..
3.5. Seluruh sekolah-sekolah yang ada dikota ini tidak menyenangi sistem ujian itu. Kalimat diatas salah. Kata seluruh sudah menunjukkan jamak. Jadi tidak perlu kata yang didepannya diulang, cukup seluruh sekolah. Selanjutnya kata depan di harus dipisahkan. Penulisan kata sisitim seharusnya sistem. Jadi kalimat yang benar adalah seluruh sekolah yang ada dikota ini tidak menyenangi sistem ujian itu.
3.6. Seluru anggauta perkumpulan itu harus hadlir pada jam 14.00 siang.
Kalimat diatas salah.
I. Penulisan anggauta seharusnya anggota.
II. Penulisan hadlir seharusnya hadir (hiperkorek).
III. Menunjukkan waktu dipakai kata yang tepat adalah pukul.
Jadi kalimat yang benar adalah:
Seluruh anggota perkumpulan itu harus hadir pukul 14.00.
3.7. Sejak mulai dari hari Senen yang lalu sangat sedikit sekali perhatiannya dipelajaran itu. Kalimat diatas salah.
I. Kata sejak, mulai, dan mencakup pengertian yang sama. Jadi pilih salah satu.
II. Kata Senen adalah non baku, yang baku adalah Senin.
III. Kata sangat, sekali mencakup pengertian yang sama.
IV. Kata depan “di” pada kata dipelajari tidak tepat, seharusnya pada pelajaran. Jadi kalimat yang benar adalah:
Sejak Senin yang lalu sangat sedikit perhatiannya pada pelajaran.
Sejak Senin yang lalu sangat sedikit perhatiannya pada pelajaran itu.
3.8. Sya sudah umumkan supaya setiap mahasiswa-mahasiswa datang besok hari Sabtu yang akan datang.
Kalimat diatas salah.
I. Saya sudah umumkan, bahasa yang non baku, tidak memakai pola frase verba.
II. Kata setiap sudah menunjukkan jamak tidak perlu kata yang di depannya diulang.
III. Kata besok tidak perlu, sebab membingungkan.
Kalimat yang benar:
Sudah saya umumkan supaya setiap mahasiswa datang hari Sabtu yang akan datang.
3.9. Adalah sudah merupakan suatu kenyataan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan dan kesatuan resmi negara.
Kalimat di atas salah.
I. Ungkapan adalah sudah merupakan suatu kenyataan bahwa adalah ungkapan mubazir,tanpa ungkapan itu makna sudah jelas pembaca sudah memahaminya.
Kalimat benar adalah:
Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan dan bahasa resmi negara.
3.10. Sebagaimana telah ditetapkan pekerjaan itu biasanya dilakkukan tiga kali seminggu.
Kalimat diatas adalah salah.
I. Penggunaan kata biasanya tidak perlu, karena makna kata itu sudah tersirat dalam ungkapan sebagaimam telah ditetapkan
II. Penulisan kata se- Minggu non bakau, yang baku adalah seminggu.
Kalimat yang benar adalah sebagaimana telah ditetapkan pekerjaan itu dilakukan tiga kali seminggu.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok ajuan, yang dijadikan dasar ukuran atau yang dijadikan standar.
2. Ragam bahasa baku bahasa Indonesia memang sulit untuk dijalankan, atau digunakan karena untuk memahaminya dibutuhkan daya nalar yang tinggi.
3. Dengan menggunakan ragam bahasa baku, seseorang akan menaikkan Prestisenya

B. SARAN.
Kita sebagai masyarakat Indonesia harusnya mampu menggunakan bahasa – bahasa yang baku dalam setiap berbicara, Khususnya dalam acara Formal. Bukan hanya karena bahasa Baku adalah bahasa yang dianjurkan, tapi karena bahasa baku adalah sebagai bahasa penanda kepribadian, menambah sebuah kewibawaan, serta sebagai kerangka acuan yang benar dalam berbicara disetiap kegiatan.


DAFTAR PUSTAKA

Salliyanti. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. http://www.goodreads.com/ book/show/1773460.Tata_Bahasa_Baku_Bahasa_Indonesia
Arifin, Zainal, E. 1985. Cermat Berbahasa Indonesia untuk perguruan tinggi. Jakarta:
Antar Kota.
--------------------. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Baik Dan Benar. Jakarta: PT
--------------------. 1985. Inilah Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
--------------------. 1993. Pembukaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Rhineka Cipta.
Badudu, j.s. 1994. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Bhrata Media.
Chaer, abdul. 1989. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 1992. Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia Untuk Umum. Jakarat: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Senin, 03 Januari 2011

KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN MANUSIA


MAKALAH
KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN MANUSIA


DISUSUN OLEH
ANGGOTA KELOMPOK:

                                             SIRAJUDDIN              (10520048510)
                      RAHMAT SALEH PAHAR              (105820048810)
                             ISRAR ARDIANSYAH              (105820049310)
                                 FAHARUDDIN NUR              (105820049710)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2010

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang dengan perkenan-Nya maka makalah“ KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN MANUSIA “  dapat terselesaikan dalam bentuk yang sangat sederhana ini. Makalah ini penulis susun berdasarkan kebutuhan Perkuliahan . Dengan harapan  makalah ini dapat dipergunakan sebaik mungkin.
Rampungnya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, terkhusus kepada Dosen Pembimbing mata kuliah “ ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) “. Demikian pula ucapan terima kasih kepada semua teman–teman dari Mahasiswa TEKNIK ELEKTRO, serta semua pihak yang tidak sempat disebut satu persatu.
Semoga makalah ini dapat menjadi inspirasi bagi para pembacanya dan memberikan  manfaat dalam pengembangan khazamah keilmuan, khususnya dalam peningkatan kualitas pengetahuan, oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati penulis menerima segala perbaikan dari pembaca demi pelebaran kibasan saya pengetahuan penulis.
Akhirnya,  mudah – mudahan Tuhan Yang Maha Esa tetap mencurahkan rahmat- Nya kepada kita . Amiin



Makassar, 16 Desember 2010
                                                
                                                                                                               Penulis










DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ..................................................................................... 1
B.     Rumusan masalah ............................................................................ .... 1
C.     Tujuan ................................................................................................... 2
D.    Manfaat ................................................................................................ 2
BAB 2 PEMBAHASAN
A.    Pengertian keragaman dan kesederajatan manusia ............................... 3
B.     Pengertian Struktur masyarakat............................................................ 4
C.     Keragaman suku bangsa ....................................................................... 5
D.    Bhineka Tunggal Ika ........................................................................ .... 6
E.     Problematika keragaman dan solusinya................................................. 7

BAB 3 PENUTUP
A.    Kesimpulan ........................................................................................... 8
B.     Saran ..................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 9
 

BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Keragaman budaya atau “cultural diversity”dan kesedarajatan manusia adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia.
B.Rumusan masalah
                   Berdasarkan uraian di atas kami menentukan permasalahan sebagai berikut :

1)      Jelaskan pengertian dari keragaman dan kesedarajatan manusia ?
2)      Jelaskan Struktur masyarakat yang bersifat majemuk ?
3)      Sebutkan apa yang dimaksud dengan Bhineka Tunggal Ika ?






C.Tujuan
               Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui tentang :

1)      Pengertian dari  keragaman dan kesedarajatan manusia ?
2)      Penjelasan Struktur masyarakat yang bersifat majemuk ?
3)      Pengertian dari Bhineka Tunggal Ika ?
D. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini bagi mahasiswa dan seluruh orang yang membacanya yaitu  menambah pengetahuan dan wawasan mengenai materi keragaman dan kesederajatan manusia















BAB 2
PEMBAHASAN

A.    Pengertian keragaman dan kesederajatan manusia
Keragaman budaya atau “cultural diversity”dan kesedarajatan manusia adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradsional hingga ke modern, dan kewilayahan.





B.       Pengertian Struktur masyaraka

Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat unik.
1. Horizontal
Ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan social berdasarkan perbedaan suku-bangsa, perbedaan agama, adat serta perbedaan-perbedaan kedaerahan.
2. Vertical
Strktur maysrakat Indonesia ditandai adanya perbedaan2 vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup dalam.
Perbedaan2 suku-bangsa, perbedaan2 agama, adat dan kedaerahan sering kali disebut sebagai ciri masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk. Istilah masyarakat majemuk (plural societies) ini diperkenalkan oleh J.S. Furnivall untuk menggambarkan masyarakat Indonesia pada zaman Hindia-Belanda. Plural societies yaitu suatu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain dalam kesatuan politik. Masyarakat Indonesia zaman Hindia Belanda tersebut adalah tipe masyarakat tropis dimana mereka yang berkuasa dan mereka yang dikuasai memiliki perbedaan ras.
Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:
    * Orang yang tinggal di daerah tersebut
    * Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.
Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.
Masalah-masalah kependudukan dipelajari dalam ilmu Demografi. Berbagai aspek perilaku menusia dipelajari dalam sosiologi, ekonomi, dan geografi. Demografi banyak digunakan dalam pemasaran, yang berhubungan erat dengan unit-unit ekonomi, seperti pengecer hingga pelanggan potensial.


C.     Keragaman suku bangsa
Orang-orang Indonesia berasal dari berbagai suku bangsa, termasuk Jawa, Sunda, Madura, Aceh, Batak, Minangkabau, Bali, dan Bugis. Suku Jawa adalah yang terbesar di Indonesia, dan mereka kurang lebih merupakan 45% dari seluruh populasi. Mereka berasal dari bagian tengah tengah dan timur Pulau Jawa. Suku Sunda adalah suku terbesar kedua , dan mereka merupakan 14% dari seluruh populasi. Mereka pada awalnya mendiami bagian barat Pulau Jawa. Suku terbesar ketiga adalah suku Madura, yang merupakan 7,5% dari seluruh populasi. Mereka pada awalnya mendiami Pulau Madura, bagian timur Pulau Jawa dan Kepulauan Kangean. Suku bangsa terbesar keempat adalah suku Minangkabau, yang merupakan 3% dari seluruh populasi dan merupakan pendiam dari propinsi Sumatera Barat. Minangkabau sangat terkenal di kalangan antropolog sebagai penganut sistem matrilineal terbesar di dunia.
Meskipun etnis tionghoa mewakili sebagian kecil dari total populasi (lebih kecil dari 3%), mereka merupakan kekuatan utama dari ekonomi, mengoperasikan segalanya mulai dari toko-toko kecil hingga bank-bank besar dan industri-industri di Indonesia. Sebagian besar dari etnis tionghoa di Indonesia memiliki leluhur yang berasal dari selatan Cina dan berasal dari ras Hakka, Hokkien, atau Kanton. Etnis tionghoa di Indonesia biasanya terbagi menjadi 2 kelompok utama: (i) Cina peranakan, yang biasanya memiliki latar belakang Cina dan Indonesia, menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa utamanya, dan yang biasanya mengadopsi adat istiadat Indonesia; dan (ii) Cina totok, yang dianggap sebagai Cina murni, yang biasanya merupakan pendatang generasi pertama atau kedua, dan memegang kebudayaan Cina dengan teguh.


D.    Bhineka Tunggal Ika

Bhineka Tunggal Ika adalah Berbeda-beda Tapi Tetap Satu.
Sejarah negara kita benar-benar beragam dengan kisah yang berbeda dengan tujuan berbeda dan pastinya menimbulkan opini2 yang berbeda pula dengan sudut pandang dan latar belakang yang juga variatif.
Pancasila ini menarik..Kenapa? karena Pancasila ini hasil dari pemikiran mahluk dan Benarkah Pancasila merupakan karya otentik Bung Karno?? Tidak semua pakar sejarah sepakat, karena sebelum Bung Karno menyampaikan rumusan Pancasila, pada 1 Juni 1945, Prof. M. Yamin sudah lebih dulu menyampaikan rumusan itu.
Setidaknya, Bung Karno bukanlah satu-satunya penggali, sebab selain Bung Karno dan Yamin, Soepomo termasuk salah seorang founding fathers yang memperkenalkan Pancasila pada rakyat Indonesia.
Sebagai dasar negara RI, Pancasila juga bukanlah perahan murni dari nilai-nilai yang berkembang di masyarakat Indonesia. Karena ternyata, sila-sila dalam Pancasila, sama persis dengan asas Zionisme dan Freemasonry. Seperti Monotheisme (Ketuhanan YME), Nasionalisme (Kebangsaan), Humanisme (Kemanusiaan yang adil dan beradab), Demokrasi (Musyawarah), dan Sosialisme (Keadilan Sosial). Tegasnya, Bung Karno, Yamin, dan Soepomo mengadopsi (baca: memaksakan) asas Zionis dan Freemasonry untuk diterapkan di Indonesia.
Selain alasan di atas, agama-agama yang berlaku di Indonesia tidak hanya Islam, tetapi ada Kristen Protestan dan Katolik, Hindu, Budha, bahkan Konghucu. Kesemua agama itu, menganut paham atau konsep bertuhan banyak, bahkan pengikut animisme. Hanya agama Islam saja yang memiliki konsep Berketuhanan YME (Allahu Ahad).
Pada masa pra kemerdekaan tatanan sosial masyarakat di Nusantara, kebanyakan terdiri dari kerajaan-kerajaan Hindu. Dari sistem monarkis seperti ini, belum dikenal konsep musyawarah untuk mufakat; tetapi yang berlaku adalah sabda pandita ratu.

Rakyat harus tunduk dan patuh pada titah sang raja tanpa reserve. Sekaligus, minus demokrasi, karena kedudukan raja diwarisi turun temurun. Kala itu, tidak ada persatuan. Perpecahan, perebutan kekuasaan dan wilayah, selalu mengundang pertumpahan darah. Lantas, berdasarkan apa Bung Karno menyatakan bahwa Pancasila adalah hasil perahan dari saripati nilai-nilai yang hidup di kawasan Nusantara??Nampaknya, Bung Karno telah berbohong, dan malu bila disebut plagiator ideologi.

E.     Problematika keragaman dan solusinya
Sebagaimana yang terungkap dalam pendahuluan di atas, bahwa remaja adalah satu sosok manusia yang berada di antara dua fase yaitu anak-anak dan dewasa sehingga karena keberaaannya tersebut, remaja tidak memiliki kematangan intelektual dan emosional. Kecuali itu, remaja memiliki banyak ragam problematika yang membebaninya. Problematika tersebut antara lain :
Pertama, ketidakmatangan intelektual dan emosional. Hal ini berakibat pada tindakan yang tidak rasional, cenderung emosional dan tanpa pikir panjang. Hal ini sangat bertentangan dengan dasar dan kaedah Agama.
Kedua, tidak mampu berprestasi dan membanggakan prestasi orang tua. Kesulitan belajar sering dialami sebagian remaja. Kesulitan dalam pengertian yang sebenarnya ataupun kesulitan yang disebabkan hilangnya minat belajar dan membaca. Hal ini kan berakibat pada sulitnya meraih prestasi. Dalam kondisi nafi prestasi, remaja kemudia membanggakan prestasi keluarganya (orang tua, dsb) baik dalam bentuk ucapan maupun tindakan. Ali KW. berkata :

:



BAB 3
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari uraian di atas maka kami dapat menyimpulkan bahwa yaitu :

1)      Pengertian dari  keragaman dan kesedarajatan manusia
2)      Penjelasan Struktur masyarakat yang bersifat majemuk
3)      Pengertian dari Bhineka Tunggal Ika

B.     Saran
     Dalam penulisan makalah ini saya meyadari bahwa masih banyak kekeliruan dan kesalahan dalam hal penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan agar dapat memberikan saran dan kritikan yang sifatnya membangun untuk pembuatan makalah selanjutnya. Dan kami juga mengharapkan mudah-mudahan makalah ini bermanfaat. Amin ...















DAFTAR PUSTAKA
 Arnold, Matthew. 1869. Culture and Anarchy. New York: Macmillan. Third edition, 1882, available online. Retrieved: 2006-06-28.
 Barzilai, Gad. 2003. Communities and Law: Politics and Cultures of Legahkjkjl Identities. University of Michigan Press.
#Boritt, Gabor S. 1994. Lincoln and the Economics of the American Dream. University of Illinois Press. ISBN 978-0-252-06445-6.
Alqadrie, Syarif Ibrahin. 1999. Konflik Etnis di Ambon dan Sambas, Suatu Tinjauan Sosiologis, Dalam: Jurnal Antropologi Tahun XXIII Nomor 58.
Abdullah, Taufik dan AC. Van Der Leeden. 1986. Durkheim dan Pengantar Sosiologi Moralitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Arkanudin. 2005. Perubahan Sosial Masyarakat Peladang Berpindah, Studi Kasus pada orang Dayak Ribun yang berada di sekitar PIR-Bun Kelapa Sawit Parindu Sanggau Kalimantan Barat, Bandung: Disertasi Program Doktor Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran.
Berghe, Pierre L. Van Den. 1969. Pluralism and The Polity: A Theoritical Exploration, Dalam Leo Kuper dan M.G Smith, eds, Pluralism in Africa, Berkeley and Los Angeles: University of California Press.
Barth, Fredrik (ed). 1988. Kelompok Etnik dan Batasanya, Tatanan Sosial dari Perbedaan Kebudayaan, Penerjemah Nining I. Soesilo, Jakarta: UI Press.
Boouman, P.J. 1957. Ilmu Masyarakat Umum. (Terjemahan), Jakarta: Dian Rakyat.